Rabu, 14 Desember 2011

Peternakan Susu Etawa


Jika Milkuma memproses seribu liter susu etawa setiap harinya, tentunya kita ingin mengetahui bagaimana kondisi kambing etawa itu dan apa saja manfaat yang dihasilkan oleh susu etawa ini.

Kalau sebelumnya kami sudah mengajak anda untuk melihat lebih dekat proses pembuatan Milkuma, kini anda kami ajak untuk melihat secara lebih dekat para peternak kambing etawa yang merupakan bahan baku utama dari Milkuma.

Untuk itu dari Kota Muntilan, kita akan menuju Sleman, yang merupakan salah satu daerah yang berada di bawah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Untuk menuju ke peternakan kambing etawa yang berada di kaki Gunung Merapi. Walaupun peternakan ini berada lima kilometer dari Gunung Merapi, tapi daerah ini tidak terkena dampak saat gunung tersebut meletus, sehingga para peternak dapat dengan tenang menjalankan aktifitasnya.

Menurut Bendara Kelompok Tani Kambing Pernakan Etawa (PE) Mandiri, Tamto, saat ini kelompok taninya memiliki ribuan ekor kambing etawa yang menghasilkan susu ratusan liter setiap harinya.

“Kelompok tani kami ini dibentuk sejak tahun 1989, namun dulu belum seperti sekarang dimana kami diberikan tempat oleh pemerintah daerah berupa tanah untuk membangun kandang-kandang. Dulu kelompok kami hanya memelihara di rumah-rumah saja belum menyatu sepeti sekarang,” ungkap Tamto.

Lebih lanjut Tamto menjelaskan, masyarakat mulai mengenal susu etawa baru beberapa tahun ini saja. oleh sebab itu, sebelum masyarakat mengenal susu etawa mereka sangat kesulitan dalam menjual susu hasil perahannya, padahal jumlah perahan mereka tiap harinya juga banyak, tapi karena tidak banyak orang yang mau membeli terpaksa produk susu itu digunakan sendiri.

“Dulu orang mendengar susu kambing itu menjijikan, soalnya kambingnya aj bau prengus, apalagi susunya. Dan kalau pun ada yang mau membeli susu etawa, jumlahnya pun tidak banyak sehingga menjadi mubazir,” ujar Tamto.

Namun, para peternak PE ini mulai dikenal masyarakat, sejak adanya penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gajah Mada (UGM), yang menemukan bahwa susu etawa adalah susu terbaik nomor 2 setelah ASI. Jadi, dibandingkan dengan susu lainnya, susu etawa memiliki kandungan manfaat yang jauh lebih baik ketimbang susu formula lainnya.

Kambing etawaDari penelitian tersebut, susu etawa mulai dikenal masyarakat. Dan susu etawa semakin menjadi terkenal, setelah adanya kasus penderita paru-paru yang sudah lama dirawat di rumah sakit dan tidak kunjung sembuh, namun setelah mengkonsumsi susu etawa dapat pulih seperti sedia kala. Selain itu kasus lainnya adalah, susu etawa dapat menyembuhkan penyakit sariawan yang diderita oleh masyarakat di satu dusun.

Sejak itulah susu etawa juga mulai mengalami kenaikan harga, kalau awalnya satu liter susu hanya dihargai cukup murah, kini satu liter susu etawa harganya sudah mahal dan peternakan PE Mandiri mulai mendapat perhatian dari pemerintah daerah, mulai dari pemberian lahan, hingga pemberian penyuluhan dari dinas peternakan untuk memberitahukan bagaimana cara beternak yang baik, dan bagaimana cara memerah susu etawa agar hasilnya dapat lebih maksimal.

Dan sejak itu, PE Mandiri mulai membangun kandang-kandang secara teratur, karena dari penyuluhan itu jumlah PE yang mereka miliki juga semakin bertambah. Kalau dulu jumlahnya hanya beberapa puluh ekor saja, kini jumlahnya sudah mencapai ribuan ekor dengan jumlah peternak mencapai puluhan orang.

“Seiring dengan pengetahuan masyarakat akan manfaat susu etawa, kami pun berupaya untuk terus meningkatkan pengetahuan agar dapat berternak dengan lebih baik lagi. Dan Alhamdulillah, kini kelompok tani PE Mandiri, telah menjadi kelompok tani percontohan yang terbaik se-Indonesia Bahkan, kami sering menerima kunjungan dari para peternak yang ada di seluruh daerah di Indoensia, yang ingin melihat dan belajar secara langsung kepada kami cara beternak PE,” ujar Tamto.

Tidak hanya itu, Tamto juga menjelaskan kalau kelompok taninya juga sering dikunjungi peternak dari manca negara, bahkan bukan hanya ASIA tapi juga Eropa dan Afrika, yang ingin melakukan study banding dengan peternakan di negara mereka masing-masing.

Dengan semakin dikenalnya susu etawa, Tamto beserta anggata kelompok tani yang lainnya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan mereka akan PE, sehingga hasil yang mereka dapatkannya pun menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, kelompok tani ini selalu menjaga kebersihan kandang agar kesehatan PE dapat selalu terjamin.

“Memang merawat PE dengan kambing biasa tidak ada bedanya, namun karena PE lebih menghasilkan, tentunya kita menjadikan perawatan sebagai syarat utama. Misalnya, PE harus dimandikan seminggu sekali, untuk pakanya kita juga memberikannya dari daun-daunan yang terbaik dan umumnya sekali makan itu terdiri dari tiga jenis dedaunan, yaitu nangka, kacang-kacangan, sengon, dan lain sebagainya,” kata Tamto.

Sedangkan untuk pemeliharaan kesehatan, tamto selalu memberikan cara tradisional agar tubuh PE tidak banyak tercemar oleh obat kimia. Seperti untuk penyakit yang umumnya sering dialami oleh PE adalah kutu loncat, untuk menghilangkannya Tamto dan petani lainnya cukup memandikan PE dengan sabun dan daun mindi.

Kendati sudah dinyatakan sebagai kelompok tani yang professional, Tamto dan petani PE lainnya tidak merasa paling berpengalaman. Karena sebagus apapun susu yang dihasilkan dari PE, jika tidak didukung oleh penjualan yang baik, hasilnya tetap saja tidak akan berguna.

Oleh karena itu, dengan adanya Milkuma, Tamto sangat bersyukur karena hasil PE kelompoknya dapat ditampung dengan harga yang cukup tinggi. Bahkan, dengan pemesanan susu etawa tiap hari yang dilakukan oleh Milkuma, saat ini ia dan teman-temannya sudah dapat memerima tambahan penghasilan.

Kini kita sudah mengetahui dengan jelas, kalau Milkuma bukanlah produk yang diproduksi secara sembarangan, kalau sebelumnya kita sudah melihat proses produksinya yang begitu panjang dan dijamin sterilisasinya. Kini, bahan baku yang digunakannya pun kita sudah tahu bukan dari susu etawa yang tidak berkualitas, tapi berasal dari susu etawa yang menjadi barometer peternakan PE di Indoensia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar